January 25, 2021

1

 Write about 5 problems with social media


I wouldn't really count the problems but I know there are problems. At least at how I handle my own social media habits. I watched "The Social Dilemma" and I couldn't relate more. Social media's ex-staff and developers were talking about how they were always aiming to keep as much of our attention to them. The more we spend time looking at our screen with their apps open, the more they profit.

Two quotes from the movie that's stuck with me were

"If you're not paying for the product, then you are the product." - Daniel Hovermann

and

"There are only two industries that call their customers 'users': illegal drugs and software." - Edward Tufte

 

And that's exactly my problem with social media. I get easily addicted to and absorbed in it. That really bothers me since I hate being unproductive (to be fair, even without social media I am very much unproductive). However, being unproductive in social media brings another problem to me too.

Somehow, my hearts, consciousness, and intentions are not yet clear. More often than not, they rooted not in humbleness and kindness. I get jealous. Even worse, I belittle people. It builds a habit in me that talking about someone else is ok. As if I am better than everyone else. Just like how everyone who put forth their thought on the comment section or as a thread. Sometimes, my way of thinking even gets infected from all the noises on social media.

Restraining oneself, I guess, still a skill I need to master. So currently, I handle it by deleting the social media apps on my phone. I thought I get rid of the addiction. Unfortunately, my addiction moves to another. To games.

So yeah, I guess claiming control of myself is the problem after all.

September 18, 2020

codes and stuffs

jadi, ketertarikan saya terhadap kehidupan perkodean ini sebetulnya dimulai dari rasa penasaran saya pengen bisa bikin template blog sendiri. minimal, mengubah sedikit-sedikit dari template yang sudah ada. rasa penasaran itu terus berlanjut bahkan hingga sekarang. ya, pada dasarnya sih karena masih belum kebangun itu template websitenya. sebagian lain, karena walaupun udah punya gaji, masih belum rela beli template. masih penasaran.

ketertarikan terhadap kode itu pun juga berwujud ke dalam bentuk keinginan untuk belajar lebih lanjut mengenai data analysis. sebagian juga karena gatel sendiri sih kok masih banyak perusahaan yang gak peduli sama data yang mereka punya. gak mau serius mengumpulkan datanya dan lebih gak serius lagi mengolah datanya. meskipun kita emang gak bakal pernah tau ke depan bakal kayak gimana, tapi liat data historikal kan bisa menghemat banyak. kalopun mau coba-coba bisa agak lebih tepat gitu.

looking up to the sky..

kadang saya masih sering mikir, sebetulnya bagaimana orang bisa tahu apa jalan yang paling benar baginya? kayak orang suka bilang, "i found my calling," "i found my purpose." dan lain sebagainya. bagaimana mereka bisa tahu? kok hebat mereka bisa sangat yakin dengan hidupnya, dengan apa yang harus dilakukan dengan hidupnya?

tapi saya juga pernah berbincang, ada yang jawab begini. "gak ada orang yang 100% yakin dengan hidupnya. yang ada ya dijalani saja dengan sepenuh hati sambil tetap berdoa kepada Allah SWT agar terus diarahkan di jalan yang baik, dipertemukan dengan orang yang baik, ditempatkan di lingkungan yang baik."


so i guess i should just keep going, keep learning, keep being productive, keep being curious, and keep doing my best in everything i do.

right?

August 30, 2020

balada cahaya

Aku hebat, aku kuat, aku pasti bisa, aku baik, aku sehat. Terima kasih aku untuk selalu berusaha memberikan yang terbaik, untuk selalu menyadari dan mengakui kesalahan dan berusaha untuk menjadi lebih baik. Terima kasih untuk bertahan. Aku percaya dengan diriku sendiri, aku keren.

Dan mantra itu berusaha untuk terus Cahaya ucapkan berulang-ulang kali. Entah sudah yang ke berapa untuk hari ini saja. Cahaya yang beberapa waktu terakhir sempat meredup, mulai kembali mengusir penghalau-penghalau yang mengungkung dirinya.

Dengan kesungguhan hati, Cahaya meyakinkan dirinya sendiri. Cahaya menghancurkan tembok bata yang sudah menghalangi Cahaya bersinar. Tembok yang tanpa disadari Cahaya sendiri bangun perlahan satu demi satu dalam proses menahun.

Hingga di satu titik, uluran tangan dari luar yang mencoba untuk terus mendobrak masuk dan meraih Cahaya berhasil untuk menyentil nurani Cahaya.

"Kamu itu indah, Cahaya. Keindahanmu itu sayang kalau hanya kamu simpan sendiri.
Kamu itu hangat, Cahaya. Banyak orang membutuhkan kehangatan itu di luar sana.
Kamu hebat, Cahaya. Ayo bareng-bareng kita menebar manfaat."

Cahaya sempat enggan.
Cahaya ingin percaya.

"Sini, Cahaya."

Cahaya robohkan susunan bata itu.
Perlahan dan pasti,
Cahaya percaya.

Cahaya raih uluran tangan tersebut.

August 20, 2020

rebah dan pasrahkan

kasih,
sini rebah di sisiku
kita resapi kemegahan bentang alam
menyaksikan bulan bintang beredar di langit malam

kasih,
lepaskan ikatan yang membebanimu
pasrahkan segalanya seutuhnya
yang terbaik sudah kamu kerahkan
tugasmu kini menerima hasil perundingan semesta

sayangku,
sudahkah kusampaikan
cahayamu paling indah kulihat
memancar menuntunku pada terang
menarikku bangkit mendorongku berjuang

sayangku,
pernahkah kukatakan
bahkan gelapmu akan sekuat tenaga kupeluk
kuelus dengan kasih kucium dengan cinta
perlahan kukenalkan pada keindahan sinarmu

cinta,
sini mendekat
malam sudah makin dingin



Kamar, 19 Agustus 2020
petang hingga menjelang tengah malam