December 22, 2014

#4 firasat

Aku kembali menoleh ke belakang dan kembali memastikan ke sekitar untuk yang kesekian kalinya hari ini. Entah apa yang sebenarnya terjadi, aku selalu merasa seakan ada yang sedang mengikuti dan memperhatikanku dari kejauhan. Hanya saja setiap kali aku mencoba untuk memastikan, tidak ada hal aneh apapun yang bisa terdeteksi.

"Key? Ada apa? Kamu terlihat aneh sejak tadi. Kamu seperti panik dan ketakutan." Ziva mencoba membantuku. Aku bahkan tidak tahu apa masalahku yang sebenarnya, bagaimana aku bisa mengetahui bagaimana cara membantu aku?

"Nggak ada apa-apa kok Zi. Aku cuma merasa kurang enak badan aja." Aku tersenyum sambil berusaha menahan diri untuk tidak kembali menoleh ke sekeliling. Perasaan aneh itu kembali datang seperti saat ada tatapan yang mencoba menusukmu dari belakang.

-------------

Keara, bahkan kamu bisa merasakan kehadiranku. Setelah hampir dua tahun aku pergi, sebesar inikah sesungguhnya ikatan yang ada di antara kita? Apa yang telah terjadi dengan kamu dan aku selama ini?

Sudah beberapa hari terakhir, aku tidak dapat menahan diri untuk tidak kembali dan mengunjungimu. Aku mengikuti setiap langkahmu. Aku menunggu setiap kegiatanmu. Aku memperhatikan setiap detail dari ekspresimu. Aku ingin memastikan kamu tetap bahagia dengan kehidupanmu. Dan aku ingin kamu mengetahui bahwa aku selalu ada bersama semua orang dan makhluk yang mengelilingimu.

Mungkin mendatangimu kembali dan mengusik ketenanganmu dalam beberapa hari terakhir ini adalah sebuah kesalahan. Aku hanya ingin mengirimkan pesan khusus untukmu. "Keara, kamu harus bahagia dan aku akan selalu menjagamu". Hanya saja, jiwa ini tidak mampu melakukan apa-apa selain membuatmu gelisah.

Untuk terakhir, aku memberanikan diriku untuk mencoba menggenggam tanganmu. Menautkan jemariku pada jemari tanganmu yang panjang, tercipta untuk menjadi pianis yang handal. Aku tersenyum dan meraih tanganmu, menatapmu untuk yang terakhir.

-------------

"Aldan?" Aku berbisik pelan, takut Ziva mendengar. Genggaman ini hanya miliknya. Ia satu-satunya yang mampu mengalirkan perasaan semacam ini dengan sentuhannya. Aku menggerakkan tanganku yang satu dan menumpukkannya pada sebelah tanganku yang lain.

"Ini kamu. Selama ini." Aku tersenyum, menahan air mata yang menyeruak ingin melarikan diri.

-------------

"Iya, Keara. Akan selalu aku." Aku menggenggamnya lebih erat.


(22-23 Desember 2014)

No comments:

Post a Comment