What if I don't love you anymore?
"Ya sudah. Yang penting kamu bilang."
But, that would be very sad and I don't want it.
"Ya kan hal itu juga gak akan terjadi begitu saja. Pasti ada sesuatu hal yang terjadi sebelumnya yang membuat kamu jadi seperti itu. Mungkin aku melakukan sesuatu yang bikin kamu memilih untuk berhenti. Atau apapun itu. Yang penting kamu selalu jujur."
Will we still cute and romantic after a very long time? I know this is a stupid question. It was suddenly there in my mind, one random night when I was trying to sleep. What if after we're married, we stop being cute? We stop trying to impress each other, to show our love to each other. What if?
"Sudah menikah, sudah tunangan, ataupun sudah pacaran, itu semua cuma mengenai status. Apa menurut kamu kalau mereka sudah menikah mereka sudah pasti akan bahagia? Apakah sudah pasti saling mencintai? Eh, jangan anggap pikiranku jahat lho, ini cuma contoh. Apa menurut kamu pasti?"
No?
"Nah. Semua tuh hanya mengenai alasannya. Kalau memang dia cuma cari statusnya, cuma cari uang atau tahtanya, ya kan beda pasti dengan yang memang mungkin ingin beribadah. Atau memang karena cinta? Maaf kalau bahasanya agak berlebihan. Tapi memang begitu bukan kenyataannya?"
Hmm.. Will we? Keep being fun?
"Kamu mau gak?"
I want it. Oh! I understand now. It's up to us, right?
Yup.
So, yeah, we will.
Insya Allah.
Showing posts with label kesayangan. Show all posts
Showing posts with label kesayangan. Show all posts
July 22, 2017
August 25, 2016
finding me
"Unleash your potential."
That is what they always said. It is about something that is actually within you, waiting for you to call them and take them out of you. Because, indeed, we all are great human being if we consistently choose and pursue that greatness wholeheartedly. So, look deeper inside your heart. Be aware of your true potential. Believe that you are greater than you are right now if you just push yourself a little bit more. Believe in your own strengths.
Every human being in this world, we have choices. We do have the power to choose how we are going to spend every single second of our life. We can control how we are going to react or feel towards the thing that happened in our life. So, choose wisely.
Actually, my first purpose when I started writing this post, I want to share. Lately, I've been joining a program. Leadership Development Program. This program was initiated by the center director and a group of students who want to grow who are hungry of knowledge. We learn, grow, and inspire each other.
I just wanna say that I feel grateful to be in the program. I am very happy to be surrounded by such positive people who share the same dream; becoming the better and even best version of ourselves and help other people to be one too. It is heartwarming. I know I haven't gotten that close to all chiefs, but I know I grow fond of them.
And I also know that there are still so many things that I have to cut out off my system so that I can grow bigger, taller, and better as a person. I just hope, I'm on the right track. I just hope, I am moving forward and upward :)
That is what they always said. It is about something that is actually within you, waiting for you to call them and take them out of you. Because, indeed, we all are great human being if we consistently choose and pursue that greatness wholeheartedly. So, look deeper inside your heart. Be aware of your true potential. Believe that you are greater than you are right now if you just push yourself a little bit more. Believe in your own strengths.
Every human being in this world, we have choices. We do have the power to choose how we are going to spend every single second of our life. We can control how we are going to react or feel towards the thing that happened in our life. So, choose wisely.
Actually, my first purpose when I started writing this post, I want to share. Lately, I've been joining a program. Leadership Development Program. This program was initiated by the center director and a group of students who want to grow who are hungry of knowledge. We learn, grow, and inspire each other.
I just wanna say that I feel grateful to be in the program. I am very happy to be surrounded by such positive people who share the same dream; becoming the better and even best version of ourselves and help other people to be one too. It is heartwarming. I know I haven't gotten that close to all chiefs, but I know I grow fond of them.
And I also know that there are still so many things that I have to cut out off my system so that I can grow bigger, taller, and better as a person. I just hope, I'm on the right track. I just hope, I am moving forward and upward :)
mi luv :) |
August 19, 2015
mengenai 17-an dan upacara
Saya rindu upacara pengibaran bendera.
Semuanya masih teringat jelas di kepala.
MC akan mengatakan, "Pengibaran Bendera Merah Putih diiringi lagu kebangsaan Indonesia Raya."
Seketika hening.
Dan Komandan Pleton akan meneriakkan aba-aba, "Siap gerak! Langkah tegap majuuu..JALAN!" dengan suku kata 'ju' yang cukup panjang tegas. Seluruh pasukan, dengan seragam, menghentakkan langkah pertamanya.
Seluruh peserta akan menoleh mencari sumber suara, melihat dengan seksama dan pandangan kagum (setidaknya itu yang saya lakukan jika saya menjadi peserta).
Laki-laki dengan wajah 'sok' garangnya dan perempuan yang harus mempertahankan senyumnya apapun yang terjadi dengan pandangan mata harus tetap terjaga menatap ke depan. Semuanya bergerak seirama. Ketukan langkah yang sama, ayunan kaki dan tangan sama tinggi, seluruhnya satu dalam beberapa kepala.
"Buka formasii..JALAN!" ujar Komandan Pleton.
Pasukan bergerak menuju berbagai arah tanpa terlihat berantakan. Berakhir dengan bentuk tertentu yang mungkin terkadang tidak dapat dilihat oleh peserta, namun mereka yang membuatnya merasakan kesenangan tersendiri terhadap karyanya.
"Hentii..GERAK!"
Dua ketukan tambahan dan hening kembali datang.
Di antara seluruh komponen upacara yang tidak boleh bergerak, tiga orang Pengibar Bendera menjadi satu-satunya yang melakukan pergerakan. Setelah mendekati tiang bendera, salah satu yang berdiri di tengah akan berbalik badan dan menunggu Pembawa Bendera mengantarkan bendera yang ada pada baki yang dia bawa.
Di sinilah letak prestisius menjadi seorang Pembawa Bendera. Ketika Pengibar Bendera bergerak bertiga, ia, seorang diri, bergerak dengan seluruh mata tertuju hanya padanya.
Bagian paling menegangkan hadir ketika Pembentang telah siap menggenggam sudut-sudut Bendera Merah Putih yang masih terlipat di tangan Penahan dan Pengerek bersiap menggenggam tali tiang bendera.
Semua orang menahan napas menunggu mendengarkan bunyi bendera terbentang.
BET! "Bendera siap!" ujar Pembentang.
Nafas kembali berjalan dengan lebih normal.
"Kepada Bendera Merah Putih, hormaaa..t GERAK!" Pemimpin Upacara memberikan aba-aba.
"Hiduplah Indonesia Raya.." ujar Dirijen menetapkan ketukan dan nada dasar.
Seluruh komponen upacara pun menyanyikan lagu kebangsaan tersebut dengan hikmat.
Pengibaran bendera selalu menjadi bagian ter-favorit dalam upacara bagi saya pribadi. Kini mungkin banyak yang melakukan upacara pengibaran serta penghormatan terhadap Merah Putih dengan cara-cara yang lain. Ada yang melakukannya di dasar laut, ada yang mengibarkan bendera raksasa di sisi tebing, dan masih banyak cara lainnya.
I fancy the old way.
Saya kangen menjadi pasukan pengibar bendera.
Semuanya masih teringat jelas di kepala.
MC akan mengatakan, "Pengibaran Bendera Merah Putih diiringi lagu kebangsaan Indonesia Raya."
Seketika hening.
Dan Komandan Pleton akan meneriakkan aba-aba, "Siap gerak! Langkah tegap majuuu..JALAN!" dengan suku kata 'ju' yang cukup panjang tegas. Seluruh pasukan, dengan seragam, menghentakkan langkah pertamanya.
Seluruh peserta akan menoleh mencari sumber suara, melihat dengan seksama dan pandangan kagum (setidaknya itu yang saya lakukan jika saya menjadi peserta).
Laki-laki dengan wajah 'sok' garangnya dan perempuan yang harus mempertahankan senyumnya apapun yang terjadi dengan pandangan mata harus tetap terjaga menatap ke depan. Semuanya bergerak seirama. Ketukan langkah yang sama, ayunan kaki dan tangan sama tinggi, seluruhnya satu dalam beberapa kepala.
"Buka formasii..JALAN!" ujar Komandan Pleton.
Pasukan bergerak menuju berbagai arah tanpa terlihat berantakan. Berakhir dengan bentuk tertentu yang mungkin terkadang tidak dapat dilihat oleh peserta, namun mereka yang membuatnya merasakan kesenangan tersendiri terhadap karyanya.
"Hentii..GERAK!"
Dua ketukan tambahan dan hening kembali datang.
Di antara seluruh komponen upacara yang tidak boleh bergerak, tiga orang Pengibar Bendera menjadi satu-satunya yang melakukan pergerakan. Setelah mendekati tiang bendera, salah satu yang berdiri di tengah akan berbalik badan dan menunggu Pembawa Bendera mengantarkan bendera yang ada pada baki yang dia bawa.
Di sinilah letak prestisius menjadi seorang Pembawa Bendera. Ketika Pengibar Bendera bergerak bertiga, ia, seorang diri, bergerak dengan seluruh mata tertuju hanya padanya.
Bagian paling menegangkan hadir ketika Pembentang telah siap menggenggam sudut-sudut Bendera Merah Putih yang masih terlipat di tangan Penahan dan Pengerek bersiap menggenggam tali tiang bendera.
Semua orang menahan napas menunggu mendengarkan bunyi bendera terbentang.
BET! "Bendera siap!" ujar Pembentang.
Nafas kembali berjalan dengan lebih normal.
"Kepada Bendera Merah Putih, hormaaa..t GERAK!" Pemimpin Upacara memberikan aba-aba.
"Hiduplah Indonesia Raya.." ujar Dirijen menetapkan ketukan dan nada dasar.
Seluruh komponen upacara pun menyanyikan lagu kebangsaan tersebut dengan hikmat.
Pengibaran bendera selalu menjadi bagian ter-favorit dalam upacara bagi saya pribadi. Kini mungkin banyak yang melakukan upacara pengibaran serta penghormatan terhadap Merah Putih dengan cara-cara yang lain. Ada yang melakukannya di dasar laut, ada yang mengibarkan bendera raksasa di sisi tebing, dan masih banyak cara lainnya.
I fancy the old way.
Saya kangen menjadi pasukan pengibar bendera.
January 29, 2015
#7 the art of letting go
Ia terpaku di hadapan kuburan tersebut. Belum sampai seratus hari eyangputri pergi, eyangkung telah pergi menyusul kekasihnya. Ibu, Eyangputri, dan Eyangkung, mereka telah berada pada satu dunia yang sama namun berbeda dengannya yang masih di sini.
"Capek ditinggalin melulu. Rasanya pengen sendiri aja. Abisnya kalo rame-rame itu pasti nanti ujung-ujungnya bakalan berpisah juga."
Aku kehilangan kata-kataku. Aku tau bahwa pengetahuanku atas perasaannya sangatlah minim, bahkan bisa dikatakan aku hanya sok tahu. Aku sama sekali tidak bisa membayangkan bagaimana besar kesedihan dan hampa yang aku rasakan jika aku berada di posisinya.
Kehidupannya setelah ditinggal oleh Ibunya sejak umur 9 tahun adalah bersama Eyangnya. Eyangputri dan Eyangkung sudah seperti orangtuanya sendiri selain Ayah kandungnya sendiri. Rumah Eyang merupakan rumah keduanya.
Aku sebagai sepupunya, dulu, ketika umurku masih sangatlah muda, aku sering merasa iri melihat jumlah perhatian dan kasih sayang yang diberikan oleh Eyang kami kepadanya. Pikiran picikku merasa bahwa Eyang telah pilih kasih. Mereka selalu mengingat untuk memberikan hadiah saat sepupuku itu ulangtahun, sedangkan aku tidak. Aku bahkan menyesal pernah berpikir seperti itu.
Kini, aku tahu. Ia memang pantas untuk semua perhatian dan kasih sayang sebesar itu. Karena jumlah yang ia berikan untuk kedua Eyangku pun sama besarnya, bahkan mungkin lebih besar dari yang aku berikan kepada mereka. Mereka sangat dekat hingga bekas yang ditinggalkan sangatlah dalam.
I think there's no one really mastering this art of letting go things. I mean, just be honest, losing someone is really hard, even just from some relationship, let alone from your entire life forever.
"Capek ditinggalin melulu. Rasanya pengen sendiri aja. Abisnya kalo rame-rame itu pasti nanti ujung-ujungnya bakalan berpisah juga."
Aku kehilangan kata-kataku. Aku tau bahwa pengetahuanku atas perasaannya sangatlah minim, bahkan bisa dikatakan aku hanya sok tahu. Aku sama sekali tidak bisa membayangkan bagaimana besar kesedihan dan hampa yang aku rasakan jika aku berada di posisinya.
Kehidupannya setelah ditinggal oleh Ibunya sejak umur 9 tahun adalah bersama Eyangnya. Eyangputri dan Eyangkung sudah seperti orangtuanya sendiri selain Ayah kandungnya sendiri. Rumah Eyang merupakan rumah keduanya.
Aku sebagai sepupunya, dulu, ketika umurku masih sangatlah muda, aku sering merasa iri melihat jumlah perhatian dan kasih sayang yang diberikan oleh Eyang kami kepadanya. Pikiran picikku merasa bahwa Eyang telah pilih kasih. Mereka selalu mengingat untuk memberikan hadiah saat sepupuku itu ulangtahun, sedangkan aku tidak. Aku bahkan menyesal pernah berpikir seperti itu.
Kini, aku tahu. Ia memang pantas untuk semua perhatian dan kasih sayang sebesar itu. Karena jumlah yang ia berikan untuk kedua Eyangku pun sama besarnya, bahkan mungkin lebih besar dari yang aku berikan kepada mereka. Mereka sangat dekat hingga bekas yang ditinggalkan sangatlah dalam.
I think there's no one really mastering this art of letting go things. I mean, just be honest, losing someone is really hard, even just from some relationship, let alone from your entire life forever.
Aku tidak berniat untuk menuliskan cara untuk menghadapi kehilangan semacam. Aku bukan ahlinya. Aku hanya sekedar ingin mengatakan bahwa hidup tidak akan selalu memberikan apa yang kamu inginkan, namun Tuhan akan selalu memilihkan jalan yang kamu butuhkan. Mungkin terkadang rencana-Nya mengikutsertakan sakit, kekecewaan, kesedihan yang dalam, namun akan ada bahagia dan kesuksesan yang menanti dibalik itu semua.
Lagi-lagi, kita hanya perlu percaya kepada-Nya dengan tetap berusaha bersyukur dan berdoa untuk yang terbaik dalam segalanya. Karena hanya Dia Maha Tahu dan Maha Kuasa atas segalanya :)
Salam sayang penuh cinta untuk kalian,
Sri Poernomo HK (3 November 2014) & Soekardjo Hardjosoewirjo (15 Januari 2015)
Semoga kita semua akan kembali dipertemukan nanti di dunia yang kekal dalam pertemuan yang membahagiakan.
December 11, 2014
#2 language of love
In this particular noon, in my very own car (Urfie!!), suddenly I feel all alone. I am an introvert person, but that's not mean that I don't need companies. I just don't like to be too involved in a crowd. I prefer sit in the middle of that something and just watch everyone messing around. Laugh or smile for their jokes, give a little comment for their craziness, but being the spotlight? I don't think it's a good idea.
And when i feel so afraid for this being the-center-of-attention thingy, the other part of me is also craving for that. In the end, I'll be just standing still awkwardly with me battling with myself.
Actually, I was in the middle of waiting for my mom's meeting with her friends. Then, after she has done, along the road to our next destination, we talked about this language of love. It is about how each people express their love to others and also feel that they are being loved.
In general, there are 5 languages of love. (there's also a book from Gary Chapman discussing about this topic)
It is necessary to know your own language and your partner's language to really understand how to treat each other. So the other would get the message without mistakes.
But, what is mine? Is it possible for me to have the need for all?
Physical touch.
Receiving presents.
Words of affirmation.
Act of service.
Quality time.
It is necessary to know your own language and your partner's language to really understand how to treat each other. So the other would get the message without mistakes.
But, what is mine? Is it possible for me to have the need for all?
February 1, 2014
dikelilingi mereka
mereka.
adalah keluarga saya.
awalnya mereka sama sekali bukan siapa-siapa untuk saya. bahkan saya tidak pernah membayangkan akan menjadikan mereka keluarga bagi saya. permainan mereka awalnya jauh dari permainan saya yang biasanya. dunia mereka belum pernah saya kenal sebelumnya. dan perkumpulan semacam ini sudah menjadi impian saya sejak saya masih duduk di bangku SMP.
mereka tidak selalu memberikan saya bahagia, namun mereka mengajarkan saya untuk bersabar dan terus bergerak maju mencapai kebahagiaan tersebut. seringnya mereka mengusik kenyamanan saya, dan begitulah mereka menyadarkan saya untuk mendobrak pagar saya demi membangun zona yang lebih luas.
mereka membuka mata saya.
mereka yang mempertemukan saya dengan berdiri di atas awan. mereka yang mengenalkan saya kepada jeram yang menantang. mereka yang memberikan saya kesempatan untuk mengelus lekukan tebing. mereka yang membawa saya pada kegelapan abadi. dan mereka yang menemani saya dalam setiap petualangan tersebut. petualangan yang sudah menjadi kisah bagi hidup saya. dan dicemaskan oleh kedua orang tua saya.
mereka, secara sadar dan tidak, secara langsung ataupun tidak, telah memberikan saya banyak hal.
keinginan untuk pergi bukan sekali dua kali mampir di kepala saya. bahkan jari di tangan seorang tidak cukup untuk memberikan angka yang tepat. hanya saja, pikiran untuk tidak dapat lagi bercengkrama dengan mereka, pikiran untuk tidak mendengar tawa mereka, tidak bertemu, dan menjadi asing. semua itu terlalu menyedihkan. dan saya tidak pernah sanggup untuk menghindar dan pergi.
akan jadi apakah nanti?
setelah mereka semua pergi. setelah saya pun pergi. setelah kami memiliki hidupnya masing-masing. dan di satu waktu kami kembali berkumpul dan menertawakan hal yang tetap sama dengan cerita yang masing-masing bawa dari kehidupannya.
dan petualangan pun dimulai dari sana. petualangan yang sesungguhnya.
adalah keluarga saya.
awalnya mereka sama sekali bukan siapa-siapa untuk saya. bahkan saya tidak pernah membayangkan akan menjadikan mereka keluarga bagi saya. permainan mereka awalnya jauh dari permainan saya yang biasanya. dunia mereka belum pernah saya kenal sebelumnya. dan perkumpulan semacam ini sudah menjadi impian saya sejak saya masih duduk di bangku SMP.
mereka tidak selalu memberikan saya bahagia, namun mereka mengajarkan saya untuk bersabar dan terus bergerak maju mencapai kebahagiaan tersebut. seringnya mereka mengusik kenyamanan saya, dan begitulah mereka menyadarkan saya untuk mendobrak pagar saya demi membangun zona yang lebih luas.
mereka membuka mata saya.
mereka yang mempertemukan saya dengan berdiri di atas awan. mereka yang mengenalkan saya kepada jeram yang menantang. mereka yang memberikan saya kesempatan untuk mengelus lekukan tebing. mereka yang membawa saya pada kegelapan abadi. dan mereka yang menemani saya dalam setiap petualangan tersebut. petualangan yang sudah menjadi kisah bagi hidup saya. dan dicemaskan oleh kedua orang tua saya.
mereka, secara sadar dan tidak, secara langsung ataupun tidak, telah memberikan saya banyak hal.
keinginan untuk pergi bukan sekali dua kali mampir di kepala saya. bahkan jari di tangan seorang tidak cukup untuk memberikan angka yang tepat. hanya saja, pikiran untuk tidak dapat lagi bercengkrama dengan mereka, pikiran untuk tidak mendengar tawa mereka, tidak bertemu, dan menjadi asing. semua itu terlalu menyedihkan. dan saya tidak pernah sanggup untuk menghindar dan pergi.
akan jadi apakah nanti?
setelah mereka semua pergi. setelah saya pun pergi. setelah kami memiliki hidupnya masing-masing. dan di satu waktu kami kembali berkumpul dan menertawakan hal yang tetap sama dengan cerita yang masing-masing bawa dari kehidupannya.
dan petualangan pun dimulai dari sana. petualangan yang sesungguhnya.
August 27, 2013
avoiding sunlight
bagi Anda yang mengetahui current condition saya mungkin mengerti apa maksud dari judul postingan saya kali ini. dan bagi yang tidak, sesungguhnya tidak ada arti tersembunyi dari judul tersebut karena sesungguhnya memang saya sedang menghindari matahari.
bukan karena saya benci sengatannya atau saya benci kehangatannya. saya hanya sekedar tidak boleh bertemu langsung dengannya. muka saya sebagian besar masih dipenuhi oleh kulit muda yang baru saja tumbuh dan masih sangat sensitif, sehingga mereka belum bisa bertemu matahari langsung.
bukan karena saya benci sengatannya atau saya benci kehangatannya. saya hanya sekedar tidak boleh bertemu langsung dengannya. muka saya sebagian besar masih dipenuhi oleh kulit muda yang baru saja tumbuh dan masih sangat sensitif, sehingga mereka belum bisa bertemu matahari langsung.
![]() | |
Allah :') dari sehelai rambut yang tidak dibentuk dgn sengaja di washbasin rumah |
May 28, 2013
tarian pena dan permainan tinta
bukan mengenai menggambarkan sesuatu secara harfiah. namun lebih kepada mendeskripsikan sesuatu dengan menggunakan kata. rangkaian aksara yang dihasilkan dari pengamatan oleh panca indera yang kita miliki. dan menyampaikannya pada dunia hingga mereka mengerti. dan memiliki persepsi yang sama.
bersama dengan keheningan yang melingkupi, aku masih mencoba untuk memikirkan apa yang bisa aku lakukan saat ini.
dan akhirnya tanganku memutuskan untuk bergerak menelusuri garis tubuhnya yang diinterpretasikan dalam tinta hitam di atas kertas. dia dalam balutan kemeja lapangan atribut yang ia miliki dengan slayer merah mengikat kepalanya. maaf masih agak amatir gambarnya.
insya Allah, you'll always be the one. and we'll always be 'us'.
bersama dengan keheningan yang melingkupi, aku masih mencoba untuk memikirkan apa yang bisa aku lakukan saat ini.
![]() | |
him, by me :) | |
dan akhirnya tanganku memutuskan untuk bergerak menelusuri garis tubuhnya yang diinterpretasikan dalam tinta hitam di atas kertas. dia dalam balutan kemeja lapangan atribut yang ia miliki dengan slayer merah mengikat kepalanya. maaf masih agak amatir gambarnya.
November 5, 2012
untuk yang tercinta, KAPA FTUI
Selamat ulang tahun Kamuka Parwata Fakultas Teknik Universitas Indonesiaku tercinta. Selamat mengulang tanggal 18 Oktober untuk yang ke-40 kalinya.
![]() |
harapanku, lingkaran ini akan terus bertambah besar setiap tahunnya :') |
Dan maaf karena belum bisa memberikan banyak untukmu. Maaf belum bisa benar-benar melakukan tugasku dengan baik tanpa kecacatan. Maaf atas semuanya..
Akan selalu menyayangimu dan semua orang yang berada di dalamnya. Mencintai keluargaku. Berusaha untuk dapat berbuat dan memberi lebih dari sebelumya. Terus belajar, lebih untuk diriku dan lingkungan di sekitarku. Menjadi orang besar nantinya demi terwujudnya tujuanmu yang sebenarnya. Akan pergi dan tetap membawamu dalam hati nantinya. Dan kembali untuk sekedar berbagi cerita dan pengalaman melanglang buana.
Bukan bagian dalam hidupku yang akan aku sesali di kemudian hari. Mensyukuri diriku yang telah memperjuangkanmu di hadapan keluargaku dan tetap terus menjadi bagian darimu.
Terima kasih :)
Subscribe to:
Posts (Atom)