December 24, 2012

Hiu dan Buaya

Mereka robot.. Aku tidak habis pikir dengan
apa yang baru saja aku lihat dengan mata kepalaku sendiri..

selemari penuh rokok..
Bukan robot beneran yang sedang aku bicarakan di sini. Namun manusia, yang bergerak layaknya sebuah robot. Yang bekerja memenuhi kebutuhan hidup diri dan keluarganya berdasarkan hitungan jumlah produk yang dapat ia hasilkan. Yang saling berlomba menjadi yang paling cepat dan paling banyak. Yang sudah terlalu menghapal setiap inchi kertas papir itu, tembakau kering, dan lem, serta alat untuk melinting itu. Yang sudah terlalu ingat dengan urutan gerakannya. Yang bergerak dengan terlalu semangat. Yang tetap bahagia melakukan semuanya..





Sebelumnya, tidak ada yang bingung dengan judulnya bukan? Aku anggap kalian mengerti lah ya. Sedikit clue, suro dan boyo. Dah. Aku harap kalian langsung mengerti. :) Selamat menikmati lanjutan kisahku...


17 November
11.00 WIB; House of Sampoerna. Tempat eksibisi yang menampilkan sejarah perkembangan sampoerna yang didirikan oleh Liem Seeng Tee. Juga tentang sampoerna sekarang. Dan bagian di mana kita bisa melihat ratusan manusia yang sudah selayaknya robot bekerja melinting rokok dan membungkusnya. Aku takjub sekaligus ngeri. Melihat manusia yang gerakannya sudah tidak lagi seperti manusia. Mereka robot. Bahkan sepertinya ada yang sudah overload mau meledak. Bayangkan saja setiap hari melakukan gerakan yang sama untuk waktu yang lama. Bagaimana tubuh sudah terlalu hapal dan mengingat pola yang harus dilakukan. Sepertinya mereka benar-benar sudah menjadi robot.


itu lambang 3 tangan, dan itu foto tanaman tembakau serta berkarung-karung tembakau kering di bawahnya..

Sigaret Kretek Tangan. Satu-satunya yang masih dipertahankan menggunakan handmade oleh Sampoerna. Untuk A Mild dan kawannya yang lain sudah menjadi hasil dari mesin beneran.

Sedikit tentang Sampoerna yang akhirnya aku ketahui. Lucky number-nya Liem Seeng Tee ini adalah sembilan. Itulah kenapa bintang yang ada di lengkungan atasnya itu berjumlah 9. Dan setiap bintang pun memiliki 9 titik. Saking cintanya terhadap angka 9 ini, setiap dia melakukan sumbangan, dia selalu menymbang sejumlah angka kelipatan 9. Hingga akhirnya ia tidak pernah lagi menyebutkan namanya dalam sumbangannya dan orang-orang hanya perlu menyadari nominalnya untuk tau bahwa itu dia yang sedang menyumbang.



lambang sampoerna..


Yang menjadi presdir atau apanya gitu, selalu saja putra kedua. Kalian sadari ataupun tidak. Dari penjaga di sana tidak ada penjelasan khusus. Menurut mereka, kebetulan anak pertama perlu mengurus hal yang lain, seperti perkebunan tembakau yang juga merupakan perusahaan besar yang dimiliki keluarga tersebut. Akhirnya mereka pun saling bahu membahu.


Lambang yang kayak huruf Y yang di tengah itu, sebetulnya bukan huruf. Itu adalah modifikasi dari lambang 3 tangan. Produsen, Distributor, dan Konsumen, ketiganya tidak akan bisa terpisahkan dan akan saling membutuhkan satu sama lainnya. Keterikatan atas kebutuhan itulah yang menjadi dasar dari bentuk tersebut.


kendaraan SHT dan mommy!


13.00 WIB; Mencoba Surabaya Heritage Track. Serial untuk weekend adalah mengenai peperangan 10 november. Untuk itu kami semua yang berubah menjadi trackers bergerak menuju Tugu Pahlawan. Tapi sebelumnya singgah sebentar di Museum Bank Mandiri. Dan aku tersadar satu hal. Kenapa Bank Mandiri selalu punya museum? Kenapa bank itu punya sejarah yang bisa dijadikan sebuah museum tersendiri?
Setelah aku tanyakan pada guide yang menemani kami semua berkeliling, ternyata dulu Bank Mandiri bernama Bank Escompto milik Belanda. Kemudian sempat menjadi Bank Dagang Negara juga. Maka itu dia punya sejarah yang panjang. Dan sejarah tersebut saking panjangnya pantas untuk diabadikan dalam sebuah museum.


sebuah mesin ketik yang berat tiada tara. butuh 4 orang dewasa paling tidak untuk memindahkannya..

makam pahlawan tak dikenal
DI SINI KAU TIDUR DALAM KEABADIAN TANPA BATAS SEBAGAI PAHLAWAN TAK DIKENAL KARENA GUGUR GIAT BERJUANG TANPA PAMRIH MEMBELA BANGSA DAN NEGARA. MENJADI SATU DALAM PUSARA TANPA NAMA.


Bergerak ke Tugu Pahlawan. Dulunya tempat itu menjadi tempat pengadilan. Aku lupa nama persisnya. Justitia apa gitu. Lalu runtuh terkena bom dan menjadi saksi bisu pertempuran 10 November itu. Ketika itu, 160.000 manusia terbunuh. Akumulasi darah mereka menghasilkan genangan merah bahkan hingga semata kaki. Dan di daerah itu pula akhirnya menjadi tempat peristirahatan terakhir banyak jasad. Mereka yang berjuang tanpa diketahui namanya. Bertumpang tindih dengan banyak raga lainnya yang turut mengorbankan nyawanya. Pahlawan tanpa nama. Tugu kecil di sebelah tugu pahlawan diperuntukkan khusus bagi mereka.


kami butuh BEBAS!!



Pahlawan sedjati tidak minta dipudji djasanja. Bunga mawar tidak mempropagandakan harumnja. Tetapi harumnja dengan sendiri semerbak kekanan-kiri.
Tetapi :
Hanja bangsa jang tahu menghargai pahlawan-pahlawannja, dapat mendjadi bangsa jang besar.
Karena itu, hargailah pahlawan-pahlawan kita!

Merdeka!
Soekarno
Djokjakarta, 10 Nop '49


Yang aku masih penasaran sampai sekarang adalah Penjara Kalisosok dan lorong yang menghubungkan dia dengan polrestabes. Tidak tahu apa alasannya, rasanya ada dorongan dalam diri yang cukup besar untuk memasuki tempat yang terlihat angkuh dengan pagar beton tinggi besarnya itu.




15.30 WIB; Berdua Mommy, jalan kaki dari HoS ke depan hotel buat naek bus ke Tunjungan Plaza. Niatan awalnya hanya ingin untuk sekedar mengetahui tempat nongkrong yang ada di Surabaya yang katanya paling terkenal. But actually, nothing special there. Tapi perlu diakui dari sisi mall, Surabaya udah hampir kayak Jakarta. Dan aku sedih atas hal itu. Tiap beberapa ratus meter, mall lain sudah berdiri dengan megahnya. Rasanya lebih kepada iba dibanding bangga menyadari kenyataan semacam itu.

Pulangnya, alhamdulillah aku tidak luka-luka. Hampir saja taksi yang aku tumpangi mengalami kecelakaan. Dengan tidak tahu dirinya, beberapa mobil di depan belok tanpa memberi tanda hingga membuat kendaraan di belakangnya terpaksa menginjak rem. Dan supir taksi kami agak kurang siap. Dia tidak mengira di jalanan yang seharusnya hanya sekedar bergerak lurus tanpa tikungan ini ada yang akan benar-benar berhenti hingga 0 km/jam. Buang setir kiri, untung tidak ada apa-apa dari belakang. Deg-degan, sesaat. Dan kembali melanjutkan perjalanan.


perjalanan iklan Sampoerna..


18.40 WIB; Check out beneran dari hotel. Sudah saatnya untuk pulang. Schedule penerbangan kembali ke Jakarta adalah 20.55 dan aku harus berada di Juanda International Airport satu jam sebelum. Dengan keinginan untuk melihat-lihat sisi kota Surabaya yang belum aku lalui, jadilah kami berangkat lebih awal. Di sinilah kami tour mall. Dan secara kebetulan taksi o-renz yang kami naiki, malam sebelumnya ditumpangi oleh Ariel Noah. Supir taksinya pun menceritakan pengalaman tersebut dengan jenaka dan aku senang mendengar ceritanya. Orang baik memang masih bertahan dan alhamdulillah selama petualanganku kali ini, semua orang yang aku temui adalah orang-orang baik. Sangat bersyukur dengan hal itu.

Sayangnya, kesenangan itu tidak bertahan terlalu lama. Sesampainya kami di bandara, petugas menginformasikan bahwa pesawat yang akan kami tumpangi mengalami delay. Katanya sih jadi pukul 22an. Tapi sampai jam 23 kurang pun gue masih ngalay di bandara. Beruntung lounge yang kami masuki, walaupun sudah bukan jam operasionalnya lagi, masih mengijinkan kami semua untuk tinggal dan menikmati sofa serta santapan di sana. Jujur, bosan setengah mati rasanya.


sepeda milik pendiri Sampoerna

Tahukan kalian?
Akhirnya kami diberangkatkan karena bandara harus tutup pada pukul 23.30 atau berapaa gitu aku agak lupa. Keren kan? Kami semua merupakan rombongan penerbangan terakhir yang diberangkatkan dari bandara tersebut. Jadilah kami semua baru sampai di rumah sekitar pukul 02.30an WIB. Selamat malam dan sampai jumpa lagi dengan kasur kamar yang nikmat :D


"akhirnya kamu memang benar-benar akan dikagetkan oleh takdir yang membawamu menemukan banyak hal, memperkenalkanmu pada dunia, dan mengingatkanmu bahwa masih ada kehidupan dan kebaikan di luar sana..."
-aku-

untuk kalian, tak perlu ragu untuk melangkahkan kaki dan berjalan menjelajahi dunia. bumi ini mungkin memang terlalu besar untuk dikitari, namun tidakkah kamu ingin melihat setiap sudut dari tempat tinggalmu ini? dan akhirnya ketika kamu menyaksikan segalanya dengan mata kepalamu sendiri, rasa cinta itu akan muncul dengan sendirinya.

akhirnya, kamu, aku, dan kita semua, akan bersemangat dan sadar untuk selalu menjaga taman bermain sekaligus tempat kita tinggal ini..


sekedar kalimat yang membuatku stunned sesaat

SALAM SEMANGAT!! Jangan berhenti heran dan mengeksplorasi, apapun itu.. :)

No comments:

Post a Comment