September 28, 2017

[271] saya dan mojok

Saya menyadari.

Kalau salah satu senior saya banyak berbincang dengan dirinya ketika ia membaca, saya butuh untuk menyeimbangkan kegiatan membaca dengan menulis. Karena ternyata tulisan saya penuh dengan hal yang sesungguhnya ingin saya sampaikan kepada diri sendiri, terlepas dari saya juga ingin orang-orang di luar juga mengetahui hal tersebut.

Oleh karena itu, tanpa sebelumnya saya sadari dengan lebih baik, membaca dan menulis bukanlah sekedar hobi yang saya tulis dalam biodata saya untuk sekedarnya. Ternyata itu memang hobi yang saya butuhkan.

Hiasan tembok di pinggir kali di suatu kota di Prancis.



Saya juga baru saja (mungkin) menyadari sesuatu.

Emosi saya yang terkadang meletup-letup ini merupakan salah satu dampak dari hidup saya yang kurang tertata. Saya kurang istirahat, kurang bergerak, dan saya kurang menjaga makanan. Saya (tanpa bermaksud jumawa) semacam addicted terhadap kopi buatan atau minuman manis dan dingin lainnya. Hampir dalam setiap harinya ada segelas atau sebotol wajib saya minum minuman semacam itu.

Menyadari itu semua, saya mulai olahraga. Saya mulai jaga makanan. Saya mulai mengurangi sugar intake saya. Eh, ternyata, setiap pagi saya timbang badan, lumayan berkurang 0.5kg dan rasanya menyenangkan. Komentar orang pasti ada. "Kesambet apaan nih jadi banyakan hijaunya dibanding nasinya?" ; "Hati-hati jangan ekstrem." ; "(setelah nawarin beberapa pilihan makanan yang termasuk tidak sehat dan idenya saya tolak terus) Ya sudah, sana keluar loncat aja ke bawah dari lantai 2. Mau makan aja kok susah banget."

You can't expect everyone to understand you.
The point is you believe in yourself and in what you're doing.

Lorong waktu menuju Ghaniyya yang lebih baik.


Kamu tau? Terkadang saya takut sendirian. Saya takut untuk pergi sendiri sekedar duduk bengong dan membiarkan kepala saya jalan-jalan. Namun, ketika saya sedang berada di tengah keramain, saya justru ingin semua orang untuk tidak perlu memperdulikan saya dan membiarkan saya sibuk dengan diri saya sendiri. Penuh kontradiksi, ya?

Jadi kadang setiap kali saya minta ditemani untuk jalan-jalan, di sisi lain saya merasa bersalah. Karena menemani saya jalan-jalan berarti merelakan diri untuk dikacangin dan sekedar menunggu saya selesai browsing, atau baca, atau menulis. Apapun itu kegiatan yang pastinya sulit kalau dilakukan dengan orang lain.

Tapi, entah kenapa, saat ini saya sedang merasa sangat membutuhkan kawan diskusi yang seimbang yang bisa bikin saya mikir dengan cara yang menyenangkan. Saya belum menemukan itu sepertinya.

No comments:

Post a Comment