"...dan aku tau dia sangat menyayangi tempat itu."
menuju air terjun tertinggi di kompleks Madakaripura |
08.30 WIB; Sampai di pintu masuk Air Terjun Madakaripura. Aku ngamuk dibangunin tidur. Kalo dirasa-rasa sih ada mungkin 5-10 menit cuma nungguin aku mau keluar dari mobil. Merasa bersalah sih marah-marah gitu, untungnya setelahnya udah adem. Sempet males turun saat itu, pengennya tidur aja rasanya setelah sebelumnya pun baru tidur sekitar 3 jam. Dan aku merasa sangat bersyukur dipaksa bangun. Menyesal pasti tidak ikut.
Seru. Dan akhirnya aku nyeker kaki ayam selama perjalanan. Gak rela satu-satunya sepatu yang kubawa basah kuyup digunakan untuk menyeberangi sungai. Jadi aku membiarkan telapak dan jeari kaki digelitik oleh air sungai dan dipijat oleh batu-batu kali. Namun, aku salut dengan daddy dengan setelan jas, celana bahan, sepatu kulit kantoran, topi, dan syalnya itu dia datang ke sini. Dan setelan itu juga yang menutupinya selama di Bromo. Agak lucu, but that's my father. And I love him just the way he is. Like I love my mother whose amazing just the way she is.
Kerennya lagi, di sinilah aku benar-benar merasakan yang namanya hujan-sangat-lokal. Not a real rain actually. Jadi kita berjalan dibawah cukup banyak air terjun kecil untuk kemudian sampai di air terjun yang paling tinggi. Deras. Sampai aku harus menggunakan payung lebar untuk melindungi diri dari kebasahan. Konon di air terjun yang paling tinggi itu Gadjah Mada pernah melakukan pertapaan di gua di bawah air terjunnya. Dan tinggi di sini benar-benar TINGGI. Aku agaknya tidak bisa meng-angkakannya. Mungkin bisa kalian cari sendiri di google berapa persisnya tinggi dari air terjun tersebut. Menurut perkiraan asalku, tingginya setara dengan gedung sekitar 12 lantai. Ini asal. Gak valid. (and guess what? tingginya 200 meter. air terjun tertinggi ke-2 di Indonesia. bahkan Monas pun kalah tinggi, subhanallah)
Perjalanan demi menyaksikan keindahan ini sempat hampir tidak terlaksana beberapa kali akibat banyak hal. Namun memang dasarnya mommy yang selalu keukeuh dan cukup keras kepala, perjalanan tetap dilanjutkan. Sampai pada satu titik daddy menyerah. Dia menunggu di warung terakhir, persis sebelum lokasi hujan sangat lokal. Dia agak takut melihat langit yang mulai gelap.
sumber dari hujan sangat lokal yang sangat deras dan sangat keren |
menuju lokasi hujan sangat lokal |
Lagi, kami ditemani oleh bapak yang baik. Sayang kami tidak menanyakan namanya. Awalnya kami pikir perjalanan menuju air terjun ini tidak akan sesulit 'itu'. Bersama bapak ini lebih mudah :) terima kasih. Dia sudah cukup tua. Dan aku tau dia sangat menyayangi tempat itu. Dari caranya menjadi guide kami, aku tau. Dia peduli dengan pengunjung yang datang selayaknya dia peduli dengan citra tempat wisata tersebut. Seperti itulah dia menyayangi tempat tersebut. Dan segalanya atas dasar ikhlas.
11.07 WIB; Hujan beneran turun. Sayangnya hanya sebentar. Sangat sebentar. Untungnya aku, mommy, ama daddy udah di mobil lagi dalam perjalanan balik ke Surabaya.
13.30 WIB; Akhirnya aku menjadi salah satu dari sekian banyak saksi mata dari fenomena lumpur lapindo. Kalau kemarin aku hanya sekedar mengira-ngira, sekarang aku tau. Kedalaman lumpur itu sudah mencapai 13-18 meter. Segitulah kira-kira tinggi dari tanggul yang harus aku naiki untuk bisa benar-benar melihat lumpurnya. Dan bahkan aku masih melihat nun jauh di sana asap mengepul dari tanah. Sepertinya masih akan mengalir. Semoga saja cepat berhenti.
Yang menyedihkan, lumpur lapindo ini justru bertransformasi menjadi lumbung uang bagi warga sekitar. Mereka membuat lokasi tersebut sebagai tempat wisata komersil. Mereka memberikan tarif untuk setiap orang yang ingin menaiki tangga ke puncak tanggul. Cukup mahal, Rp10.000/orangnya. Tidak tau juga sih apakah itu merupakan hal yang menyedihkan atau bukan. Namun, aku memang cukup iba melihat lumpur tersebut dan membayangkan berapa banyak keluarga yang kehilangan rumahnya akibat kejadian itu. Perlu kalian ketahui, wilayah yang tertutup lumpur tersebut sangat luas lho. Mungkin masuk pada taraf hektaran.
masih ada yang berasap di sudut sana.. |
14.58 WIB; Madura! Aku telah menyebrangi selat menuju Pulau Madura dengan melalui Jembatan Suramadu. Nothing special in Madura. Tapi yang patut disyukuri adalah akhirnya hujan. Kali ini beneran yang paling bener. Kerennya lagi, hanya setengah dari Jembatan Suramadu yang diguyur hujan lebat. Hanya Madura tanpa Surabaya yang kebasahan.
Eh, hem, kalian tau kan kenapa namanya Suramadu? *dan bodohnya aku baru menyadarinya kembali beberapa waktu setelahnya. Suramadu = Sura-Madu = Surabaya-Madura.
15.45 WIB; Berada di wilayah wisata sunan ampel. Di sini semua berpakaian menutupi aurat. Dan di sinilah sepertinya pusat orang suka beli oleh-oleh tanah suci. Banyak juga yang datang untuk sekedar melihat dan berziarah ke makam Sunan Ampel dan beberapa makam lainnya yang aku lupa milik siapa saja. Makam Sunan Ampel ini tidak berada di dalam masjidnya, namun di bagian samping dari masjid tersebut. 'rasanya ingin membunuh orang-orang dengan tatapan ingin melahap itu'.
16.25 WIB; Sampai di hotel. Di sini kami berpisah dengan Pak Wanto. Kemudian, mandi, makan, dan mati suri tidur.
kami ke arah samping dari Gunung Bromo, di sekitar lokasi Pasir Berbisik. maaf agak keluar konten fotonya |
to be continued..
wah lo pernah ke madakaripura? keren!
ReplyDelete