June 15, 2020

lemah (atau kuat?)

Saya terinspirasi untuk menulis ini karena tadi baru saja habis mendengar lagu RAN - si lemah dan melihat sebuat postingan di instagram. Saya jadi teringat beberapa diskusi dan hampir debat serta ketidaksamaan pandangan mengenai tangis dan amarah.

beyond the horizon..

Saya selalu berpendapat bahwa seseorang yang berani untuk menangis di hadapan orang lain untuk alasan yang genuine (whatever it means to you) adalah orang yang sangat berani dan kuat. Bukan lho, bukan nangis air mata buaya cuma untuk cari perhatian. Biasanya itu mudah dideteksi kok. Mungkin alasannya bisa jadi trivial dan sangat personal, tapi perasaannya akan tetap sama. Apakah itu sedih yang tulus atau dibuat-buat.

Hal itu, menurut saya, lebih kuat daripada orang yang tidak mau mengakui perasaannya sendiri. Lebih kuat dari orang yang berbohong dan bersembunyi di balik ketakutan dianggap lemah. Seringnya sih hal ini terjadi pada laki-laki. Namun, saya pribadi juga pernah (atau mungkin masih) menjadi orang seperti ini. Padahal, menangis, merasa sedih, merasa lemah (bukan berarti betulan lemah), perasaan apapun itu, adalah universal. Milik seluruh manusia tanpa memandang gender dan background tertentu. Semua orang berhak untuk merasa dan mengekspresikan perasaan, atau sekedar membicarakan perasaannya.

Bukan berarti saya menyuruh kalian untuk selalu mengekspresikan perasaan kalian di depan siapapun itu sih. Menurut saya, itu hal yang privat dan intim, untuk mempertunjukkan emosi yang mentah (bahasa inggrisnya lebih asik, raw emotion; saya bingung kalau disadur jadi bahasa indonesia cocoknya apa). Pengalaman itu menurut saya sangat personal dan tidak bisa dibagi dengan sembarang orang. Hanya saja, itu perlu untuk dibagi. Kalau tidak dengan orang, mungkin dengan Tuhan.

Nah, tapi inget, apapun itu, tidak boleh berlebihan. Menangis silahkan, tapi rasanya tidak perlu sampai meraung. Sedih boleh banget, tapi kalau sampai mengurung diri dan tidak mau makan berhari-hari ya bunuh diri. Secukupnya saja. Sedih, menangis, tarik nafas take your time, collect yourself again, kita mulai lagi. Bergerak maju lagi.

Itu. Begitu itu kuat.


Begitu juga dengan amarah.

Sedikit menyambung dari postingan saya sebelumnya, "biasa saja", akhirnya saya mulai mengerti. Pasangan saya sering bilang untuk tidak usah berlebihan.
"Jangan marah-marah, biasa saja."
"Gak usah nangis, biasa saja."
"Jangan bete gitu, biasa saja."
Biasa saja.

Awalnya saya pikir, ini kok jadi kayak gak boleh punya perasaan? Aneh sekali. Padahal perasaan itu diciptakan pasti ada tujuannya, pasti perlu untuk dirasakan. Kalau memang apa-apa biasa saja, kenapa juga perlu ada yang namanya perasaan di dunia? Kenapa kita selalu didorong untuk bersimpati, bahkan berempati terhadap orang lain? Untuk apa?

a random stranger; perhaps waiting..

Jadi, ternyata orang yang kuat adalah orang yang mampu mengetahui dan mengidentifikasi dan mengakui perasaannya sendiri, dan yang terutama mengontrol perasaan tersebut. Orang kuat bukanlah orang yang mampu mengalahkan dan mengecilkan orang lain dengan mempertunjukkan kuasa dalam amarahnya, sama sekali bukan itu. Orang yang kuat adalah yang mampu untuk mengekspresikan amarahnya dengan cara sebaik-baiknya.

Lagipula, marah-marah tidak pernah menyelesaikan masalah. Tidak membuat pesan yang ingin disampaikan juga jadi tersampaikan. Lebih lagi, tidak membuat kita mendapatkan respek atau perhatian yang kita butuhkan. Yang ada malah kita dibenci, menambah dosa, menambah musuh, menambah beban psikis dan fisik pada diri sendiri, dan menambah masalah sih intinya. Saya pribadi mempelajari ini melalui pengalaman langsung.

Akhirnya saya belajar. Saya marah-marah tidak membuat lawan bicara saya mengerti apa salahnya dia sampai saya jadi marah. Yang ada, ujungnya berantem karena saling marah dan saling gak mau kalah. Saya belajar untuk menyampaikan dengan cara yang baik dan suara yang tidak tinggi ataupun keras.
"Saya tidak suka kalau kamu begini."
"Kamu membuat saya marah dengan bersikap dan berkata seperti itu."
Dan tidak menjadi lepas kontrol.

Itu. Itulah kuat.
Semoga saya tidak mengkontradiksi omongan saya sendiri.

2 comments:

  1. kadang tanpa sadar sedikit demi sedikit rasa tersakiti membuat someone jd kuat lebih dari yang dia bayangkan. ������

    ReplyDelete
    Replies
    1. terima kasih sudah berkunjung :) semoga kita semua kuat terus yah dan selalu bisa menghadapi semuanya dengan cara yang seindah-indahnya.

      Delete